Kamis, 08 November 2012


TEMPO.CO, Jember - Ekspor barang dan jasa di Provinsi Jawa Timur mengalami defisit hingga pada triwulan ketiga tahun ini. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Budi Setiawan mengatakan, defisit ekspor barang dan jasa mencapai Rp 2 triliun.
"Memang kita mengalami defisit Rp 2 triliun," ujar dia di sela acara simposium nasional "Ekonomi Kopi" di Universitas Jember, Kamis, 8 November 2012.
Dia menambahkan, defisit tersebut menjadi cerminan terjadi perlambatan ekspor ke luar negeri. Hal ini, kata Budi, disebabkan belum pulihnya ekonomi Eropa dan Amerika. Pasar di dua benua yang menjadi tujuan ekspor Jatim masih lesu sehingga mempengaruhi ekspor Jatim. Komoditas yang ekspornya melambat adalah furnitur, tembaga, dan bahan kimia.
Namun itu tertutupi oleh penjualan dalam negeri, penjualan barang, dan jasa kita ke luar wilayah yang mencapai Rp 27 triliun. Bahkan, kata dia, secara keseluruhan, penjualan barang dan jasa di Jatim masih mengalami surplus sebesar Rp 24,6 triliun. "Oleh karena itu, Pemprov terus menggenjot penjualan barang dan jasa ke luar Jatim. Kawasan yang disasar adalah kawasan Indonesia timur, dan kini mulai merambah ke wilayah barat," katanya.
Untuk menggenjot penjualan dalam negeri, Pemerintah Provinsi Jatim juga akan memaksimalkan perwakilan kamar dagang Jatim yang ada di wilayah lain. Jatim telah memiliki perwakilan kantor kamar dagang di 10 daerah, dan akan ditambah hingga mencapai 24 perwakilan kamar dagang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar